Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Plasenta Tertinggal di Rahim sebagai Kegawatan Persalinan

Retensio Plasenta
Add caption
Plasenta Tertinggal di Rahim (Retensio Plasenta) adalah suatu kondisi kegagalan pelepasan plasenta fetalis (vili kotiledon) dan plasenta induk (kripta karunkula) yang terjadi lebih lama dari 30 menit setelah persalinan. Keadaan ini bisa diikuti dengan perdarahan yang berlebihan, karena hanya sebagian plasenta yang telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta (kiret) manual dengan segera.

Plasenta manusia berbentuk bundar atau hampir bundar berdiameter 15 sampai 20 cm dan tebal lebih kurang 2.5 cm dengan berat rata-rata 500 gram. Tali pusat berhubungan dengan plasenta ini dibagian di tengah (insertio sentralis). Plasenta biasanya terbentuk lengkap pada usia kehamilan lebih kurang 16 minggu dengan ruang amnion telah mengisi seluruh kavum uteri.

Penyebab Retensio Plasenta sangat kompleks, namun yang paling sering adalah terjadinya; infeksi yang menyebabkan rahim lemah untuk berkontraksi, ibu kurang gerak sehingga otot rahim tidak kuat untuk berkontraksi mengeluarkan plasenta. Retensi plasenta sering terjadi pada kasus abortus, kelahiran premature, kesulitan melahirkan, rahim terputar, rahim berisi cairan, kekurangan kalsium, ketuaan, eksitasi waktu melahirkan, kelahiran yang dipaksakan, obesitas dan defisiensi vitamin E, A dan selenium.

Sisa plasenta (rest placenta) yang tertinggal di dalam rongga rahim yang dapat menimbulkan perdarahan postpartum dini (Early Postpartum Hemorrhage) atau perdarahan post partum lambat (Late Postpartum Hemorrhage) yang biasanya terjadi dalam 6-10 hari setelah proses persalinan.

Sesudah fetus keluar dan tali pusar diputus, maka tidak ada darah yang mengalir ke vili fetus dan vili tersebut mengkerut dan mengendor. Rahim terus berkontraksi dan sejumlah besar darah yang tadinya mengalir ke rahim alam berkurang. Pada fase ini Karankula maternal mengecil karena suplai darah berkurang dan kripta pada karankula berdilatasi.

Pada kondisi retensi plasenta, pemisahan dan pelepasan vili fetus dari kripta karankula maternal terganggu dan terjadi pertautan. Pada plasenta yang sudah terlepas, proses pelepasan disebabkan oleh autolisa vili kronis. Sesudah beberapa hari terdapat leukosit di dalam plasentom, oleh karena itu radang plasenta mudah terjadi, sehingga dapat berakibat buruk kepada ibu yang baru saja selesai melahirkan.

Mengatasi Plasenta Tertinggal di Rahim bisa dilakukan dengan tindakan medis, yaitu dengan kuret atau dengan pemberian obat khusus yang akan memacu kontraksi dalam rahim sehingga sisa plasenta dapat keluar secara alami.

Ringkasan:
  • Plasenta Tertinggal di Rahim merupakan kondisi kegawatan setelah persalinan karena memicu pendarahan,
  • Plasenta seharusnya keluar secara alami setelah 30 menit pasca persalinan,
  • Mengatasi Retensio Plasenta bisa dilakukan dengan kuret atau pemberian obat.

Post a Comment for "Plasenta Tertinggal di Rahim sebagai Kegawatan Persalinan"